Hi Smart & Green Family!!!
Apakah kamu terus merasa panas padahal sudah buka AC dan kipas angin?
Sepertinya setiap tahun suhu di Indonesia semakin panas terus, ya? Ini adalah salah satu efek dari pemanasan global.
Yuk kita pelajari salah satu alasan utama terjadinya global waming, yaitu efek rumah kaca atau greenhouse effect dan cara untuk menanggulaninya mulai dari sekarang!
Pertama, ayo pelajari cara kerja rumah kaca yang digunakan dalam pertanian. Efek rumah kaca terjadi melalui serangkaian proses, misalnya dalam rumah kaca yang digunakan untuk budidaya, di negara yang memiliki musim salju, atau percobaan tanaman di bidang biologi dan pertanian.
Panasnya matahari yang masuk lewat atap kaca itu sebagian dipantulkan keluar, sementara sebagian lainnya terperangkap di dalam rumah kaca yang mengakibatkan naiknya suhu. Contoh lainnya, bayangkan ketika kamu berada di dalam mobil yang sedang parkir di bawah teriknya matahari dan kaca mobilmu dalam keadaan tertutup.
Nah bayangkan jika bumi adalah sebuah rumah kaca, dan kacanya adalah lapisan atmosfer. Sinar matahari pun akan terus dikumpulkan di permukaan bumi sehingga suhu pun meningkat. Aslinya, Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa efek rumah kaca. Tetapi, jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan kondisi normalnya maka sistem tersebut akan bersifat merusak.
Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Gas rumah kaca (GRK) merupakan gas gas hasil pemanasan bumi yang kemudian dilepaskan menuju atmosfer sehingga menyebabkan terbentuknya efek rumah kaca (Riebeek 2010). Efek rumah kaca terjadi karena peningkatan emisi gas-gas, seperti karbondioksida (CO2 ), metana (CH4 ), dinitrooksida (N2O), chlorofluorocarbons (CFC), dan lain-lain, sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Gas ini ada di mana-mana, terutama pada peralatan rumah tangga dan juga pabrik-pabrik.
Apabila gas efek rumah kaca tersebut lepas, partikelnya akan mampu naik hingga lapisan troposfer. Kemudian, terbentuklah lapisan yang menyelimuti bumi. Energi-energi yang memantul lagi ke bumi di antaranya sebanyak 25% dipantulkan awan dan partikel lain, 25% terserap awan, 45% terserap permukaan bumi, dan 10% dipantulkan lagi oleh permukaan bumi.
Cara utama untuk mengurangi efek rumah kaca, yang juga akan mengurangi global warming, adalah dengan mengurangi emisi gas karbon dunia. Ini dapat dilakukan dengan beralih ke energi terbarukan seperti energi surya.
Pada suatu berita, Presiden Direktur Coca Cola Amatil Indonesia, Kadir Gunduz, mengatakan bahwa langkah penggunaan atap panel surya dalam fasilitas pabriknya selain bertujuan untuk mengurangi jejak karbon dari proses produksi, atap panel surya juga menghasilkan listrik yang mampu menggantikan sekitar 13 persen dari kebutuhan listrik yang disuplai oleh PLN.
https://doi.org/10.21002/jaki.2015.11