REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pernahkah Anda menginjakkan kaki di Pulau Lengkuas?
Pulau yang terletak di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, itu terkenal dengan kecantikan alamnya. Bahkan, para delegasi G20 dari 22 negara yang sempat berkunjung turut terkesima melihat keindahan alam Pulau Lengkuas. Mereka banyak bertanya mengenai proses terjadinya batu-batu besar tersusun rapi di pulau ini.
Head of Cabinet for Commissioner Urpilainen of Europian Commision Tanelli Lahti mengungkap kekagumana pada keindahan Pulau Belitung. Tak segan, dirinya ingin memboyong keluarganya untuk mendatangi Belitung bersama. “Uniknya, saya suka suasananya luar biasa. Alamnya sangat luar biasa,” katanya.
Rupanya, di pulau inilah, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) juga akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Teknisi dari Berlin Energi melakukan perawatan panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Babel Ridwan Djamaluddin mengungkapkan pembangunan PLTS di Pulau Lengkuas ini sebagai salah satu upaya untuk mendukung program Pemerintah Indonesia dalam pembangunan energi terbarukan dan penyediaan energi bersih yang terjangkau bagi masyarakat pesisir daerah ini.
Menurut dia keberadaan PLTS di Pulau Lengkuas ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di negeri laskar pelangi ini. “PLTS ini tidak hanya memenuhi kebutuhan energi listrik warga, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk membantu proses desalinasi air laut menjadi air yang layak untuk dikonsumsi,” katanya.
Menariknya, merujuk pada kondisi pulau, maka kemungkinan PLTS tersebut akan dipasang di atap karena melihat kondisi ombak di sekitar pulau.
Sebetulnya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki target Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada bauran energi nasional pada tahun 2025.
Di sisi lain, Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29 persen pada 2030. Untuk mempercepat proses transisi itu, perlu ada andil dari berbagai pihak untuk mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Kehadiran PLTS pun menjadi alternatif untuk menghadirkan energi yang lebih bersih. Saat ini penggunaan PLTS terus digencarkan. Bahkan kini merambah hingga ke ranah pendidikan.
Salah satunya adalah Institut Teknologi Negeri (ITN) Malang sebagai institusi pendidikan. Guna mendukung aktivitas pembelajaran yang mampu memberikan dampak pada lingkungan, ITN Malang resmikan PLTS berkapasitas 500 kWp.
Kehadiran PLTS diketahui tidak hanya memberikan dampak kepada lingkungan melalui pengurangan emisi karbon, melainkan mampu berdampak pada efisiensi biaya listrik. Terlebih lagi, pemanfaatan PLTS di lingkungan pendidikan mampu mendorong pengetahuan para civitas akademika terkait dengan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Melalui Kehadiran PLTS di Institusi Pendidikan, ITN Malang mampu menjadi promotor sekaligus akselerator penggunaan energi bersih di setiap kawasan di Indonesia, tidak terkecuali kawasan pendidikan.
Dengan potensi energi surya yang luar biasa, PLTS menjadi pilihan sebagai salah satu jenis Energi Baru Terbarukan yang dapat dimanfaatkan secara massal di Indonesia.
ITN Malang diketahui secara khusus telah memberikan dorongan kepada para mahasiswa untuk senantiasa berinovasi dalam hal pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Kehadiran PLTS berkapasitas 500 kWp ini mampu memaksimalkan kegiatan kemahasiswaan dalam mengembangkan energi surya sebagai energi masa depan.
Bumi adalah rumah kita bersama. Gerakan hijau hingga penggunaan PLTS boleh jadi merupakan upaya kita untuk membuat Bumi lebih sehat. Bagi kita, masyarakat Indonesia, inilah saatnya kita semua bergerak bersama menuju tujuan yang satu. Tak hanya, agar Bumi kembali hijau dan langit kembali biru, tetapi mencapai pula Indonesia Emas 2045 yang lebih bersih lewat energi baru terbarukan.