Skip to content

Salju Abadi di Puncak Jaya Papua, Tak Lagi Abadi

gambar berita

Krisis iklim dan pemanasan global menyebabkan salju Puncak Jaya Papua mencair. Hari kering lebih panjang.  

Krisis iklim dan pemanasan global menyebabkan salju Puncak Jaya Papua mencair. Hari kering lebih panjang.  

SALJU abadi di gunung Puncak Jaya, Papua, diperkirakan musnah pada 2025. Donaldi S. Permana, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan hal tersebut dalam seminar ilmiah pada 23 Agustus 2022. Menurut Donaldi, saat ini luas salju Puncak Jaya terus menyusut.

Pada era Revolusi Industri 1850, kata Donaldi, luas es di Puncak Jaya mencapai 19 kilometer persegi. Pada 2002, luas es itu tinggal 2 kilometer persegi. Kemudian turun lagi menjadi 1,8 kilometer persegi pada 2005.

Pada 2015, luas es di puncak jaya sudah dalam kondisi kritis, yaitu tinggal 0,6 kilometer persegi. Tiga tahun berselang, luas es semakin mengecil yaitu 0,46 km2. Pada 2020, yang tersisa adalah 0,34 km2. “Terakhir saya kontak NASA di tahun ini, luas es di Puncak Jaya tinggal 0,27 km2,” kata Donaldi.

Puncak Jaya merupakan titik tertinggi daratan Indonesia, 4.884 meter di atas permukaan laut. Terletak di pegunungan Jayawijaya, Papua, suhu Puncak Jaya pada malam bisa turun hingga -10C.

Krisis iklim dan pemanasan global menyebabkan suhu di Puncak Jaya lebih hangat daripada sebelum era Revolusi Industri di Eropa. Ini yang menyebabkan salju di Puncak Jaya tak lagi abadi.

Sudah banyak peristiwa dari efek negatif krisis iklim dan pemanasan global, saatnya kurangi pemanasan global dengan beralih ke energi bersih dan kurangi pemakaian energi fosil dengan mulai memasang panel surya dimulai dari rumah sendiri dan tempat usaha atau kantor tempatmu bekerja.

Leave a Reply