Hi Smart & Green Family! Apa Kabar?
Matahari merupakan salah satu bintang besar pada alam semesta yang menyediakan energi tidak terbatas. Seiring dengan perkembangan teknologi, sekarang energi matahari dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi tadi kita ketahui dengan nama panel surya atau solar cell.
Namun sebenarnya pemanfaatan energi surya sudah ada sejak abad ke-7 sebelum masehi. Bahkan matahari sendiri pernah menjadi objek yang dihormati dan dipuja. Ada pula orang Yunani dan Romawi yang telah memantulkan sinar matahari dari cermin untuk menyalakan obor suci untuk berbagai upacara keagamaan pada abad ke-3 sebelum masehi.
Menurut sejarah, teknologi panel surya sudah ada pada abad ke 18. Atau untuk lebih tepatnya pada tahun 1839, seorang ahli fisika dari Perancis yang bernama Alexandre Edmund Becquerel pertama kali mengusulkan teknologi panel surya melalui percobaan penyinaran dua elektroda menggunakan berbagai spectrum cahaya yang kemudian dapat menghasilkan efek Photovoltaic.
Dalam eksperiman tersebut, Edmund menemukan senuah sel yang menghasilkan lebih banyak listrik ketika terkena cahaya. Namun pada masa itu, jumlah energi listrik yang dihasilkan selalu sedikit dan mudah habis.
Pada tahun 1873, Willoughby Smith menemukan senyawa kimia selenium yang bisa berfungsi sebagai fotokonduktor. Fotokonduktor sendiri merupakan zat padar non-metal yang konduktivitasnya bertambah jika disinari oleh cahaya atau gelombang elektromagnetik.
Kemudian pada tahun 1976, Willims Grylls Adam dan muridnya Richards Evan Day melanjutkan dan memperkuat penelitian Edmund yang mengemukakan bahwa pada dunia ini terdapat benda material padat yaitu selenium yang dapat menghasilkan energi listrik apabila selenium terkena sinar tertentu. Walaupun hanya menghasilkan energi listrik dalam jumlah sedikit, percobaan ini membuktikan bahwa energi listrik bisa dihasilkan dari energi cahaya.
Pada tahun 1883, penemu asal Amerika bernama Charles Fritz menciptakan panel surya selenium pertama dan berhasil menghasilkan listrik. Panel surya selenium merupakan pelopor dari penggunaan silikon dalam panel surya yang ada saat ini. Banyak fisikawan yang iktu berperan dalam penemuan sel surya. Seperti Becquerel yang dikaitkan dengan pengungkapan potensi efek fotovoltaic hinga Fritz yang menciptakan cikal bakal semua sel surya.
Kemudian tahun 1904, Albert Einstein meneliti sel surya dan menamakan percobannya dengan nama “Efek Fotolistrik”.
Setahun kemudian beliau menerbitkan sebuah makalah mengenai efek fotolistrik dan bagaimana cahaya bisa menghasilkan energi. Tulisannya berhasil menarik banyak perhatian. Beliau juga mendapat penerimaan penggunaan energi surya di berbagai bidang karena makalahnya.
Lalu pada tahun 1941, Russel Ohl seorang peneliti berhasil mengembangkan teknologi panel surya sekaligus mematenkan produknya. Ia dikenal sebagai orang pertama yang menemukan teknologi solar cell dan penggunaan panel surya yang dibuatnya masih digunakan sampai sekarang.
Pembuatan panel surya oleh Russel membutuhkan silikon. Panel surya tersebut dapat menghasilkan listrik karena bahan semikonduktor di dalamnya yang merupakan silikon. Reaksi yang menghasilkan energi listrik terjadi ketika silikon tadi berkontak langsung dengan cahaya.
Penggunaan PLTS yang digunakan berasal pula dari temuan Bell Labs pada tahun 1954. Tiga ilmuwan dari Bell Labs yaitu Daryl Chapin, Calvin Fuller, dan Gerald Pearson menciptakan PTLS yang lebih praktis. Keuntungan PLTS dengan silikon merupakan efisiensi yang lebih baik dan jumlahnya tidak terbatas di alam bila dibandingkan dengan selenium.
Menarik bukan sejarah panel surya? Pasti tertarik bukan untuk pasang panel surya? Hingga hari ini Panel surya Semakin banyak digunakan oleh masyarakat, jadi untuk kalian yang ingin memasang panel surya bisa langsung kunjungi website kami di berlinenergi.com atau hubungi kami melalui nomor +62 21 597 11800.