Keren!!! PLTS Terbesar di Indonesia Telah Beroperasi di Minahasa
Di tengah-tengah hebohnya berita-berita berseliweran soal virus Corona, ada satu berita yang menarik perhatian saya kemarin sore.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya terbesar di Indonesia saat ini sudah beroperasi di Likupang, Minahasa Utara, sejak September 2019.
Likupang sendiri adalah daerah yang memiliki potensi parawisata.Pemandangan bak negeri dongeng di sana mampu membius wisatawan lokal serta mancanegara untuk menikmati anugerah tersebut.
Bentangan-bentangan pantai Likupang juga telah mengundang minat calon investor yang siap menanamkan investasinya di wilayah Sulawesi Utara.
Tatapan mata dan pancaran senyum penduduk MInahasa Utara senantiasa tergambar sembari mereka menjajakan hasil panen mereka sepanjang jalan seperti duku, manggis, rambutan serta buah-buahan lainnya.
Likupang sendiri digadang akan menjadi tujuan populer parawisata di Sulawesi Utara, setelah Bunaken dan Tomohon.
Guna mewujudkan impian dan capaian tersebut pemerintah dan investor telah membangun sarana pendukung utama dari peningkatan ekonomi, yaitu energi listrik.
Vena Energy menjadi investor yang memilih sektor energi baru terbarukan (EBT) untuk membangkitkan gairah ekonomi (khususnya pariwisata) di Likupang.
Dan salah satu energi baru terbarukan yang cocok di negara katulistiwa seperti Indonesia ini adalah energi matahari.
Sebanyak 64.620 hamparan panel surya tersusun rapi di Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Dan ribuan panel surya tersebut membentang di atas ladang seluas 29 hektar. Ukuran ini sekitar 38 kali luas standard lapangan bola. Wuiiihhhh….
Rata-rata setiap harinya PLTS Likupang menyalurkan listrik mencapai 15 MW meskipun memiliki kapasitas puncak terpasang 21 Mega Watt Peak (MWp).
Dengan kapasitas segini, pembangkit ini mampu melistriki hingga 15.000 rumah tangga serta mengurangi efek gas rumah kaca hingga 20,01 kilo ton.
PLTS Likupang juga turut berperan sebagai salah satu penopang sistem kelistrikan jaringan PLN wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Dengan jumlah kapasitas terpasang tersebut, PLTS Likupang menjadi PLTS terbesar di Indonesia hingga saat ini. Setidaknya sampai PLTS Terapung di Cirata nanti selesai dibangun.
Meskipun memiliki kapasitas terpasang 21 Mega Watt Peak (MWp), namun PLTS tersebut murni menangkap energi dari sinar matahari tanpa memiliki baterai untuk simpanan daya.
Walau tidak sepanjang hari listrik dihasilkan, tapi dari sisi harga jelas jauh di bawah harga listrik yang dibangkitkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Kontrak jual beli listrik antara PLN dan Vena Energy berlangsung selama 20 tahun dengan skema Built, Own, Operate, Transfer (BOOT).
Artinya, Vena Energy yang membangun, memiliki, dan mengoperasikan selama 20 tahun. Di akhir 20 tahun, pembangkit listrik ini akan diserahkan ke PLN.
Selama puncak kegiatan konstruksi, PLTS Likupang mampu menyerap hingga 900 pekerja lokal.
Pekerjaan konstruksinya bukan hal yang mudah karena medannya yang terjal, tapi juga tidak mustahil. Maka, tanah terjal yang sebelumnya bahkan tidak bisa dijadikan lahan pertanian karena tingkat kemiringannya, kini mampu membawa percikan energi bagi masyarakat sekitar.
Sementara, saat beroperasi, 80% pekerjanya merupakan masyarakat sekitar.
Kementerian ESDM terus berupaya mendorong agar pengembangan EBT terus dilakukan.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang ada, pada tahun 2020 pengembangan EBT ditargetkan mencapai 933 MW dengan PLTS sebesar 78 MW.
Pembangkit ramah lingkungan tengah naik daun seiring Kementerian ESDM memberikan ruang lebih untuk meningkatkan kapasitas di green energy.
Dan salah satu potensi bisnis yang menjanjikan adalah energi surya.
Perkembangan permintaan energi surya meningkat pesat, baik di kota-kota besar untuk kebutuhan atap surya, hingga ke daerah frontier untuk Solar Home System (SHS).
Melimpahnya potensi EBT ini menjadi salah satu faktor pemicu bagi para pelaku usaha dalam mengembangkan startup energi.
Maka, potensi ini sebenarnya bisa digali generasi milenial di Indonesia. Mereka bisa mulai membangun usaha-usaha baru yang bergerak dalam bidang industri energi.
Buat yang kekurangan modal tapi punya ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan, sebenarnya bisa memanfaatkan potensi Dana Desa dan BUMDES.
Kaum milenial bisa mengajukan proposal pinjaman berbunga kecil dan bercicilan ringan pada BUMDES untuk membangun koperasi pekerja. Fokus bisnis koperasinya adalah industri yang menghasilkan instrumen pembangkit listrik energi baru terbarukan.
Kemudian, BUMDES bisa membeli instrumen yang diproduksi koperasi tersebut untuk membangun jaringan pembangkit tenaga listrik di desanya.
Jika masih ada kelebihan produksi, BUMDES juga bisa memasarkan kelebihan produksi tersebut ke daerah-daerah atau bahkan negara-negara lain. Memasarkannya pun bisa menggunakan cara yang modern, seperti membuat website untuk pemasaran.
Dan daripada bersaing, sebenarnya BUMDES-BUMDES yang bergerak dalam industri yang sama justru bisa saling bekerjasama. Sama-sama membangun dan mengoperasikan website khusus untuk pemasaran hasil industri EBT karya koperasi-koperasi desa dalam naungan mereka.
Dengan begini, desa-desa dan kaum milenial pun bisa kebagian hasil dari perkembangan EBT yang dicanangkan kementrian ESDM.
Rujukan Berita
https://setkab.go.id/plts-likupang-panel-surya-terbesar-di-indonesia-salurkan-listrik-15-mw-per-hari/